Di bulan agung yang suci itu, setiap orang mengharapkan keberkahan dari-Nya. Disetiap tempat. Mulai dari tempat orang orang yang memohon ampunan dan sadar akan dosa yang dimilikinya yaitu masjid, tempat berlangsungnya proses pembelajaran guru dan murid meskipun perlu menahan rasa lapar mereka yaitu sekolah, dan juga di tempat yang paling tidak disukai oleh-Nya namun disitu terjadi aktivitas pusat perekonomian yaitu pasar.
Dibawah teriknya matahari, duduk seorang kakek tua yang menjaga dagangannya. Pisang. yang kemarin sore telah ia panen di kebunnya sendiri. Mengelap keringat yang keluar dari pelipisnya dengan handuk yang menggantung di lehernya. Menoleh kekanan dan kekiri sambil menawarkan "pisangnya pak. pisangnya bu" karena banyaknya pengunjung yang berlalu lalang di pasar itu.
"berapa yang ini?" ucap seorang Ibu sambil menunjuk 1 tandan pisang didepannya.
"100 ribu bu" balas si kakek.
"60 saja bagaimana?" kata si ibu.
"mohon maaf ibu belum bisa" kata si kakek sambil menggelangkan kepala.
Mendengar tawarannya belum berhasil, ibu itu hendak melanjutkan kegiatannya utk berkeliling pasar. baru 2-3 langkah menjauhi si kakek, kakek itu berucap
"85 saja bu" kata si kakek.
"60" kata si ibu dengan singkat.
Kakek itu hanya terdiam dan sedikit melengos.
"Saya juga pedagang pisang di kampung saya pak. Jadi juga tahu harga. segini biasanya saya dapat 60" kata si ibu.
"Mohon maaf ibu belum bisa" jelas si kakek.
Tawar menawar yang belum tercapai kesepakatan itu menjadikan si-ibu melanjutkan berkelilingnya.
Si kakek kembali pada posisi awal. Menawarkan kembali pisang pisangnya pada orang orang yang berlalu lalang. Namun ada yang mengganjal. pada harapannya untuk pisang tadi ada yang membeli. apakah 60 dapat memuaskan kelegaannya agar pisang tadi terbeli? ato malah hanya penyesalan karena harga yang kurang pas?. Dilihatnya dagangannya yang bertumpukan dibelakang, juga masih ada yang didalam keranjang motor tuanya. Berputar putarlah pikirannya.
30 menit sudah berjalan, ibu ibu tadi berjalan dengan membawa belanjaan di tangan kirinya. Ada tumpukan singkong, sayuran, dan juga tahu walik yang semuanya dapat dilihat karena plastik pembungkusnya transparan. Berjalan hendak pulang menghakhiri huntingnya di hari itu. Si kakek yang melihatnya, hendak menawarkan kembali dagangannya. Dibawanya pisang tadi dengan tergopoh gopoh, mendekati si ibu.
"ini bu. silahkan dibeli 60 saja tidak apa apa" kata si kakek.
Si ibu tersenyum dengan segera membuka dompetnya. dikeluarkannya 1 lembar uang berwarna merah yang bergambarkan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama itu.
"ini pak uangnya. 40 nya ambil saja untuk THR anak bapak" kata si Ibu.
si kakek tersenyum sumringah.
"terimakasih bu. terimakasih banyak" ucap si kakek sambil diterimanya uang dari ibu itu sambil berulang kali mengangguk-anggukkan kepala.
siang itu memang terasa panas. namun kejadian kecil tadi dapat menjadi penyejuk dalam melanjutkan aktivitas hingga sore hari.
-----------------------BASED ON TRUE STORY---------------------------
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
dan ibu ibu si pembeli pisang itu adalah.......... Ibuku :)
Comments
Post a Comment