Ya. Menurut kalian, hal apa yang pertama kali muncul di pikiran kalian ketika berbicara tentang orang Jepang? Yang ada di dalam pikiranku selama ini adalah mereka sangat paham tentang budaya "Mengantri". hahaha. setidaknya itu yang selalu bermunculan di media sosial. Barisan antrian orang orang jepang selalu rapi dan tidak kacau seperti negara lain. lantas apa ada pendapat lain menurut kalian mengenai orang Jepang? mungkin seperti orang jepang terkenal dengan kedisiplinannya,
kerapiannya, kebersihannya, Rasa terima kasihnya terhadap orang lain baik kepada guru atau orang yang telah menolongnya/memberinya bantuan/berbuat baik kepadanya. Pada
kali ini aku ingin membahas mengenai kebiasaan orang jepang yang terakhir. lets go.
Yuna (kanan) dan Yuri (kiri). Mereka adalah mahasiswi asal Jepang yang juga berkesempatan berkuliah di Kasetsart University hanya untuk beberapa bulan saja. Sama sepertiku yang singkat yaitu hanya 5 bulan saja, namun Yuna dan Yuri ternyata lebih singkat lagi. mereka 3 bulan lebih dahulu pulang ke negara asalnya, Jepang, sebelum aku pulang ke Indo.
Yuna dan Yuri adalah salah contoh bagaimana orang Jepang tidak melupakan temannya dan selalu memiliki ciri khas dalam menyampaikan rasa "terima kasih" kepada orang. Ketika mereka hendak berpulang dikarenakan waktu studi di Thailandnya sudah habis, dengan relanya, mereka berdua memberikan bingkisan-bingkisan kecil dan terlebih terdapat tulisan kenang kenangan di dalamnya untuk orang yang dituju. sungguh niat sekali. Ada banyak sekali teman temannya di dormitory kala itu, dan sebanyak itu pula bingkisan yang mereka buat kepada mereka. kala itu ada 16 orang Indonesia, 2 orang Nepal, 1 orang Myanmar, dan lain-lain.
Tidak berhenti di Yuna dan Yuri. ada teman Jepangku lainnya yaitu Tomoda. sebenarnya porsi mainku bersama Tomoda tidak sesering ketika aku bermain dengan Yuna dan Yuri. bila aku sudah berulang kali main badminton bersama Yuna dan Yuri, namun bersama Tomoda mungkin hanya 2x saja. suatu saat Tomoda terkena Covid 19 yang menyebabkan dirinya perlu isolasi mandiri di kamarnya. Dhimas, teman kamarku, merasa iba dengan apa yang dialami Tomoda. Karena pasti ketika seseorang isolasi mandiri, orang itu akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya untuk makan. Karena dhimas pernah mengalaminya.
Dhimas pun memberikan bantuan kepada Tomoda dengan membelikan beberapa kebutuhan makanan yang Tomoda inginkan. singkat cerita, ketika sembuh, Tomoda memberikan Dhimas dan Aku semacam bumbu miso soup sebagai ucapan terima kasih karena waktu itu pernah dibantu. sejak saat itu kedekatan kami dengan Tomoda semakin erat.
Hal ini mengingatkanku kepada guru bahasa Jepangku kala aku menjajaki bangku SMA. yapp. aku pernah belajar bahasa jepang kala itu. saat SMA, kami memanggilnya Nana Sensei. Orangnya itu cantik, dan sangat murah senyum kepada kami. Nana Sensei hadir untuk menemani Ika Sensei (guru Jepangku, asli Indonesia) dalam mengajarkan bahasa jepang kepada murid SMA N 4 Jogja. tentunya bagi siswa akan sangat senang ketika bisa berkomunikasi langsung dengan orang asli Jepang, terlebih kita bisa mengetahui bagaimana pengucapan beberapa kalimat Jepang. Namun Nana sensei mengajar tidak akan lama. Hanya 1 semester saja. Di akhir menjelang perpisahan, Nana sensei memberikan coklat kepada murid muridnya.
Seseorang pernah berkata kepadaku bahwa pemberian itu bukan sekedar ukuran. Namun apa pun itu, bila dilakukan dengan ikhlas maka tetap akan bermakna. aku tidak tahu bahasa jepangnya dari "ikhlas" tapi intinya, orang-orang Jepang ini mengajarkanku bagaimana untuk tidak lupa berterima kasih kepada orang.
Comments
Post a Comment