Pernahkah kalian membayangkan bagaimana rasanya ketika bermain badminton di negara Asing? Mungkin bagi para pemain Pelatnas(Pelatihan Nasional), bermain di negara lain bukanlah hal asing, bahkan mereka bukan saja bermain, namun sudah menjadi pekerjaan mereka yang perlu diniati sepenuh hati dalam menjalani hidupnya. Lalu bagiku, mencoba bermain badminton di negara Thailand kali ini akan meluapkan rasa penasaranku akan bagaimanakah olahraga yang telah menjadi hobby ku ini dipandang oleh rakyat Thailand?
Rasa takjubku pertama kali bahkan bukan ketika aku telah memegang raket lalu bisa mengayunkannya untuk memukul kok yang datang dari arah depanku. Tidak kawan. Namun, bahkan jauh sebelum aku dapat bermain menjajal di lapangan hijau. Yaitu ketika aku dan 3 orang temanku yang sama sama diterima di Faculty of Engineering International Undergraduate Program (IUP) mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Dekan Faculty of Engineering, Kasetsart University, Prof. Peerayuth Charnsethikul .
Untuk bertemu dengan Bapak Dekan tentu perlu menyesuaikan jadwal beliau yang teramat padat. Bahkan tentu, bagi kami yang hanya mahasiswa asing ini, untuk bertemu dengan Dekan adalah sebuah kesempatan langka. Hingga pada hari H pun, kami perlu delay sekitar 2 jam dari perjanjian pertemuan. maklum, Bapak Dekan tentu memiliki agenda yang banyak.
Kami dipertemukan dengan Bapak Dekan juga ditemani oleh Dosen Pembimbing(advisor) kami selama di Thailand yaitu Prof. Chawalit Kittichaikarn. Hari hari sebelum bertemu dengan Bapak Dekan tentu aku juga melakukan sedikit research mengenai topik pembahasan apa yang dapat kami bicarakan dengan beliau. Karena jangan sampai ketika bertemu nanti kita hanya kikuk tidak dapat berbicara apa apa seperti ibarat tong yang kosong. Namun ternyata Bapak Dekan sangatlah supel orangnya.
Beliau menyambut kami dengan sangat baik. Sangat ramah. Meskipun wajahnya menggunakan masker, namun kami tetntu bisa melihat bahwa Bapak Dekan sedang tersenyum lebar setiap kali berbicara. Saling bersenda gurau. membicarakan sedikit tentang kampus serta apa yang dapat kami lakukan di Thailand ini. Namun sempat pembicaraan hening seketika ketika Bapak Dekan bertanya "tell me one word that describe Indonesia". Tidak ada yang menjawab dari kami berempat. Aku ingin menjawab "Culture?". tetapi kalimat selanjutnya dari Bapak Dekan sangat membuatku takjub, beliau menambahkan "Badminton"
Seketika pembicaraan sangat dikuasai oleh Bapak Dekan. Dimulainya bercerita tengang legenda legenda pemain badminton asal Indonesia, tentang si Rudi Hartono (pemenang All England selama 8 tahun, dimana 7 tahun diantaranya dilakukan dalam berturut-turut). Lalu dilanjut dengan si pengubah mode/pola game badminton lama menjadi mode "Menyerang" yaitu Lim Swie King, yang juga pencipta gerakan Jumping Smash. Dan disaat itu, seperti hanya aku dan Bapak Dekan yang berdiskusi. temanku lainnya yang hadir tidak ada yang ikut berbincang. Kita berdua layaknya berselancar dengan bayangan imajinasi badminton di kepala kami.
Sungguh tidak terkira ketika bertemu dengan Bapak Dekan yang memiliki background Teknik namun juga memiliki hobby/kesukaan dalam menonton badminton. ternyata Permainan dari para pemain legenda di Indonesia juga ditonton oleh masyarakat Thailand.
Comments
Post a Comment